Beranda | Artikel
Inspirasi Sukses: Jangan Paksa dirimu Mengejar Sempurna! Syaikh Shalih Alu Asy-Syaikh #NasehatUlama
2 hari lalu

Di antara ciri pola pikir tentang dua hal yang telah saya sebutkan, adalah kamu tidak perlu memberatkan diri untuk mengejar kesempurnaan.

Sebab yang dituntut darimu adalah kesuksesan, yang dituntut darimu adalah menjadi orang yang sukses, bukan menjadi sempurna.

Allah Jalla wa ‘Ala saja memberi kelebihan yang berbeda-beda di antara para rasul. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman dalam surat Al-Baqarah: “Para rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain Di antara mereka ada yang Allah berbicara langsung dengannya, dan sebagian lagi Dia tinggikan beberapa derajat…” (QS. Al-Baqarah: 253). Artinya, para rasul berbeda-beda keutamaannya.

Demikian pula manusia, berbeda-beda kelebihannya. Jadi, tidak ada kaitan antara dua hal ini: kesuksesan dan kesempurnaan. Kamu harus menjadi sukses? Ya, ini pola pikir yang benar. Namun jika kamu harus menjadi sempurna? Ini salah! Menilai segala sesuatu harus sempurna, dan selama tidak sempurna berarti tidak layak, itu adalah kesalahan berpikir.

Segala sesuatu harus dinilai dari sisi lebih baiknya, lebih positifnya, dan lebih bermanfaatnya. Meskipun tidak sampai sempurna.

Kesempurnaan memang nikmat yang agung, tetapi dalam kehidupan ini kesempurnaan sangat jarang ditemukan. Hampir-hampir tidak ada. Kesempurnaan dalam keikhlasan sangat jarang. Kesempurnaan dalam ketaatan sangat jarang. Kesempurnaan dalam menunaikan tanggung jawab sangat jarang. Kesempurnaan dalam melaksanakan peran yang bermanfaat sangat jarang. Kesempurnaan dalam kesadaran terhadap nilai-nilai dan pelaksanaannya sangat jarang.

Jadi, terdapat perbedaan nyata antara cara pandang terhadap kesuksesan dan terhadap kesempurnaan. Ini merupakan pola pikir yang sangat penting. Apabila seseorang menetapkannya, mengembangkannya, dan melatih dirinya dengannya, maka banyak persoalan akan mudah terselesaikan sejak awal, dan itu akan melindunginya dari gangguan kejiwaan yang dapat menghilangkan ketenangan berpikir dalam jiwa dan akalnya.

Maka katakanlah: “Saya bisa meraih kesuksesan,” itu baik. “Namun, saya tidak mungkin menjadi sempurna, karena inilah yang Allah tetapkan bagi saya.” “Namun, saya berusaha keras untuk menjadi sukses.” “Sukses di kehidupan pribadiku, sukses di keluargaku sukses di masyarakatku, sukses di pendidikanku Sukses di komunitasku, sukses di pekerjaanku Sukses di hubunganku dengan kedua orang tua, sukses di hubunganku dengan masyarakatku, negaraku, dan orang-orang di sekitarku.”

Namun, untuk menjadi sempurna bukanlah syaratnya. Itu bukanlah syaratnya. Bukan juga tuntutan, karena figur yang bermanfaat itu tercapai dengan kesuksesan, bukan kesempurnaan.

=====

مِنْ مَعَالِمِ مَنْهَجِ التَّفْكِيرِ فِي الثُّنَائِيَّاتِ الَّتِي ذَكَرْتُ أَنَّكَ لَا تُرْهَقْ نَفْسَكَ فِي طَلَبِ الْكَمَال

فَالْمَطْلُوبُ مِنْكَ هُوَ النَّجَاحُ الْمَطْلُوبُ مِنْكَ أَنْ تَكُونَ نَاجِحًا لَا أَنْ تَكُونَ كَامِلًا

اللَّهُ جَلَّ وَعَلَا فَضَّلَ بَيْنَ الرُّسُلِ قَالَ جَلَّ وَعَلَا تِلْكَ الرُّسُلُ فِي سُورَةِ الْبَقَرَةِ تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ يَعْنِي الرُّسُلُ مُتَفَاضِلُونَ

فَالنَّاسُ كَذَلِكَ مُتَفَاضِلُونَ فَلَا عَلَاقَةَ بَيْنَ هَاتَيْنِ الثُّنَائِيَّتَيْنِ النَّجَاحِ وَالْكَمَالِ تَكُونُ نَاجِحًا نَعَمْ هَذَا مَنْهَجُ التَّفْكِيرِ الصَّحِيحِ لَابُدَّ أَنْ تَكُونَ كَامِلًا غَلَطٌ تُقَيَّمُ الْأَشْيَاءُ عَلَى أَنْ تَكُونَ كَامِلَةً وَمَا دَامَ مَا كَانَتْ كَامِلَةً فَغَيْرُ مَرْضِيَّةٍ خَطَأٌ فِي مَنْهَجِ التَّفْكِيرِ

تُقَيَّمُ الْأَشْيَاءُ أَنْ تَكُونَ إِلَى الصَّلَاحِ أَكْثَرُ إِلَى الْإِيجَابِيَّةِ أَكْثَرُ إِلَى النَّفْعِ أَكْثَرُ وَلَوْ لَمْ تَكُنْ كَامِلًا

إِذْ صَارَ كَمَالٌ نِعْمَةً كَبِيرَةً لَكِنْ فِي الْحَيَاةِ الْكَمَالُ عَزِيزٌلَا يَكُونُ الْكَمَالُ فِي الْإِخْلَاصِ عَزِيزٌ الْكَمَالُ فِي الطَّاعَةِ عَزِيزٌ الْكَمَالُ فِي أَدَاءِ المَسْؤُولِيَّاتِ عَزِيزٌ الْكَمَالُ فِي أَدَاءِ الْأَدْوَارِ النَّافِعَةِ عَزِيزٌ الْكَمَالُ فِي الشُّعُورِ بِالْقِيَمِ وَامْتِثَالِهَا عَزِيزٌ

إِذًا فَهُنَاكَ انْفِصَالٌ حَقِيقِيٌّ مَا بَيْنَ رُؤْيَةِ النَّجَاحِ وَرُؤْيَةِ الْكَمَالِ هَذَا مَنْهَجٌ فِي التَّفْكِيرِ مُهِمٌّ إِذَا وَضَعَهَا الْإِنْسَانُ وَفَرَّعَ عَلَيْهِ وَدَرَّبَ نَفْسَهُ عَلَيْهِ سَيُحَلَّ لَهُ إِشْكَالَاتٌ كَثِيرَةٌ مِنْ أَوَّلِ وَهْلَةٍ وَسَيَقِيهِ مِنْ الْخَلَلِ النَّفْسِيِّ الَّذِي يُنْتِجُ عَنْهُ عَدَمَ الْأَمْنِ الْفِكْرِيّ فِي نَفْسِهِ وَفِي عَقْلِهِ

إِذًا أَكُونُ نَاجِحًا طَيِّبٌ لَكِنْ مَا أَقْدِرُ أَنْ أَكُونَ كَامِلًا هَذَا الَّذِي أَعْطَانِي اللَّهُ لَكِنْ اجْتَهَدْتُ أَنْ أَكُونَ نَاجِحًا نَاجِحًا فِي نَفْسِي نَاجِحًا فِي أُسْرَتِي نَاجِحًا فِي مُجْتَمَعِي نَاجِحًا فِي تَعْلِيمِي نَاجِحًا فِي مُجْتَمَعِي نَاجِحًا فِي وَظِيفَتِيْ نَاجِحًا فِي عَلَاقَتِي بِوَالِدَيَّ نَاجِحًا فِي عَلَاقَتِي بِمُجْتَمَعِي بِدَولَتِي بِمَنْ حَوْلِي

أَنْ أَكُونَ كَامِلًا لَيْسَ شَرْطًا لَيْسَ شَرْطًا وَلَيْسَ مَطْلُوبًا لِأَنَّهُ الْوُجُودُ النَّافِعُ يَكُونُ بِالنَّجَاحِ لَا بِالْكَمَالِ


Artikel asli: https://nasehat.net/inspirasi-sukses-jangan-paksa-dirimu-mengejar-sempurna-syaikh-shalih-alu-asy-syaikh-nasehatulama/